Ilmu untuk Mengerti

google.com
Bersandar pada sebatang pohon dengan semilir angin lembut, di sore hari  membuat pikiranku menjadi tenang sesaat, setelah semua rasa benci, amarah, cinta dan kasih sayang yang berbaur melewati seminggu hari-hari ku menulis artikel, akhirnya saya mencapai kebuntuan untuk mengatakan “apa yang harus saya perbaiki kembali?"

Tidak sampai sekatapun terlintas dipikiran dengan berbagai tugas kuliah, apakah harus untuk menuliskan kegelisahan? Ku pikir tidak juga. Aku hanya menjadikan itu sebagai musuh pikiran yang ku takutkan akan mengakar dalam nada bahasa yang ku mengerti.
Ini hidup yang membingungkan. Aku mengatakannya dan sadar bahwa aku memang benar-benar bingung. Kesulitan untuk menggunakan kata “mengerti” itu seperti ingin mengerti apa yang tidak ku mengerti lewat simponi yang kulantunkan lewat denting piano.

Tulisan abstrak, coretan tak bernada, gitar tua yang tak berdawai, halusinasi pikiran dan kegelapan yang meraja di alam bawah sadar, membuatku terjaga hingga larut malam. Perlahan menyelinap lewat kerongkongan dan akhirnya keluar melalui mulut lewat kata-kata tak bermoral yang ku judge pada diriku sendiri.

Kapan aku harus mendapat ide? Mengertilah wahai pikiran. Aku butuh, karena aku banyak yang melintas di pikiran untuk ku gapai.

Lelah yang kudapat mungkin membuat rasa nyamanku jauh dari kata bahagia. Sedih melanda, tanpa alasan.
    

    No reason to cry.
    What happened to me?
 

Analisis sebagian data. Informasi yang kudapat dari sisi lain kehidupan orang-orang yang perlahan mulai ku mengerti, akhirnya hanya menjadi tinta putih diatas kertas putih.

Sampai pada kata ‘mengerti’, yang harus dimengerti hanyalah saya sendiri, kemudian saya bisa mengerti apa yang harus saya katakan ke orang-orang agar mereka bisa mengerti apa itu kesakitan, kelelahan hati, dan kekacauan pikiran.

Impian manusia yang dibelenggu oleh rasa ketakutan. Mimpi manusia yang terlelap dalam tidur panjang sang jiwa yang hilang. Serta semangat yang telah tiada dibawa rasa bersalah dan keinginan untuk menjauh dari orang-orang yang berusaha. 

Engkau hanya membaca menggunakan mata, memroses lewat pikiran, dan di implementasikan dengan berbagai kata yang melelahkan. Engkau hanya kurang nyaman, begitupun aku yang perlahan menutup mata. Dalam setiap huruf yang dibaca perlahan akan memasuki sesi nyaman, yang berfokus untuk tenang. Dalam setiap kata yang terlihat, akan dibawa ke bagian tubuh yang malas untuk berpikir tentang masalah, mencapai ketenangan yang mendalam, masuk lebih dalam kedalam kenyamanan, dan rileks yang begitu besar sehingga aku dan engkau kini tenang.
 

Ajaklah aku menjadi Manusia yang Engkau Impikan.

No comments:

Post a Comment